Sekeping Hati


rasanya baru beberapa langkah aku meninggalkan sebuah tempat yang sangat indah dan menghanyutkan dimana manusia hidup bersenang-senang. sempat enggan aku mengenyahkan diri dari tempat yang penuh kesenangan dan glamor warna-warni dunia itu, aku tak mau kehilangan sesuatu yang banyak dicari orang dan sangat mudah mendapatkannya. ku telusuri jalan setapak berbatu, berdebu dan berduri ini, sesekali kakiku terasa sakit pada kerikil-kerikil tajam yang aku injak berhenti sejenak dan mengeluh 'seandainya aku tetap di sana', lalu aku membuang kerikil-kerikil itu ke tepi jalan dengan harapan agar orang lain yang berjalan di belakang ku tak merasakan sakit yang sama seperti yang ku alami, aku lanjutkan perjalananku dan kali ini aku sampai di sebuah tempat di mana air mengalir, bening dan teratur, sekeliling aku melihat pohon-pohon hijau dan bunga-bunga indah nan wangi, burung-burung berkicau riang seakan tak berhenti terus mensyukuri apa yang tuhan anugerahkan kepada mereka, tapi aku sadar walaupun ini bagian dari kehidupan, aku tak mau terlalu lama berdiam dan hanyut pada keindahan ini, masih ada sekeping hati yang harus kubawa ketempat yang sangat jauh dan aku yakin jalan yang akan aku tempuh tak akan seperti pemandangan indah saat ini.

kembali aku teguhkan hatiku menapaki jalan-jalan berdebu dan berbatu, sesekali aku terjatuh dan kali ini bukan kerikil yang membuat aku harus tersungkur, ya ada batu, kakiku berdarah....bayangan masa lalu lagi-lagi terbayang di benakku, aku menoleh ke belakang belum terlalu jauh untuk kembali,"tidak....aku tidak boleh kembali" aku berusaha meneguhkan hatiku untuk meneruskan perjalanan ini, aku teruskan langkah kakiku menelusuri jalan sepi setelah ku singkirkan batu yang membuatku terjatuh beharap tak akan ada lagi orang yang tersungkur karenanya.

banyak orang bilang "ngapain lewat jalan itu!!! lurus tapi tak mudah sampai ke ujungnya, bisa-bisa kamu mati sebelum bisa melihat ujungnya", kurasakan memang tak mudah melangkah di jalan yang terbentang lurus ini, banyak rintangan yang tak mudah dilalui, terkadang keluhan karena putus asa dan rasa sakit kerap datang menyerang dan melumpuhkan asa yang selama ini ku bangun dengan susah payah.

tiba-tiba langkahku terhenti, ada suara deru langkah kuda dari belakangku, seseorang berkuda kulihat dari kejauhan semakin dekat dan mendekat ke arahku, dia berhenti tepat di sampingku dan berkata "kawan...apa kau hendak menelusuri jalan ini dengan hanya berjalan kaki dan tanpa bekal yang cukup?...kawan...aku bisa membagi kemudahan ini untukmu, kita tunggangi kuda ini bersama-sama", aku tersenyum dan sangat bersyukur bisa mendapatkan tumpangan di jalan sunyi ini dan aku tak mau kesempatan ini sia-sia, diatas kuda kami berdua bercerita panjang tentang tujuan kami melakukan perjalanan ini, ternyata tujuan kami sama untuk mewujudkan sebuah impian mulia yang tak semua orang bisa mewujudkan itu, dan....tak pernah kami sangka, langkah kaki kokoh sang kuda akan berhenti disini, ya...ada batu besar yang menghalangi jalan di depan kami dan tak mungkin dilewati kuda juga tak mungkin kami pindahkan ke tepi jalan, saudaraku penunggang kuda mulai meneteskan air matanya, "kawan..mengapa kau menangis? bukankah kau bisa turun dari kudamu lalu kita teruskan perjalanan ini dengan berjalan kaki?", begitu aku berkata, dia jawab "aku kecewa kawan...mungkin perjalanan ini aku sudahi disini saja aku akan kembali, kau mau kembali?", sejenak aku berfikir sebelum berkata "tak mungkin kawan...sudah terlampau jauh aku berjalan, pangkal sudah jauh dan tak terlihat lagi aku tetap pada pendirianku kawan!!", dia berkata dalam keputusasaannya "ya...pangkal memang sudah jauh tapi ujung juga belum terlihat, kukira hanya akan ada kerikil, duri dan batu-batu kecil saja yang akan mewarnai perjalan ini, ternyata.....!!!aku yakin akan ada banyak lagi ujian dan rintangan setelah ini, mungkin batu karang atau binatang buas atau yang lainnya dan tak mungkin bisa kita hadapi, ayolah kawan kita kembali!!!!"

dalam keraguan aku coba meyakinkan diriku sendiri aku berkata "aku tetap akan melanjutkan perjalanan ini kawan", untuk terakhir kali dia mengatakan "baiklah kawan...kalau kau tetap akan melanjutkan perjalanan ini, aku titipkan sekeping hati ini untukmu semoga kau selamat dan mewujudkan impianmu... selamat tinggal", dia melambaikan tangannya, dengan kuda kencang yang semakin jauh dari pandanganku. Ku pejamkan mata sejenak, ku genggam erat sekeping hati ini dan ku berdo’a smoga aku bisa membawanya berlari hingga sampai ke tempat yang aku tuju. Amin….

2 comments:

Anonymous said...


sEKEPING HATI DIBAWA BERLARI...

Shioukahn said...


yup...begitulah



Post a Comment