Hedonisme (zionis yg tak pernah rela)

Suatu ketika saya pernah membaca sebuah note di facebook seseorang, note ini mengarah kepada keteguhan seorang pria terhadap prinsip yang ia pegang dan seberapa penting arti prinsip itu dalam hidupnya sehingga tidak pantas dikorbankan demi kesenangan duniawi semata. Sekilas komentar-komentar di bawahnya terlihat setuju dan biasa-biasa saja, namun setelah saya perhatikan ternyata ada satu komentar yang menarik perhatian saya, nampaknya komentar itu dari seorang remaja kira-kira isinya begini “yeah…prinsip ya? Terlalu lama berhedon jadi ga sempet mikirin itu”. Awalnya saya kurang paham dengan kata ber-hedon itu yang akhirnya saya tahu kata itu berasal dari kata Hedonisme.


Hedonisme adalah pandangan hidup, yang menganggap bahwa kesenangan dan kenikmatan materi adalah tujuan utama dari hidup. Bagi para penganut paham ini, bersenang-senang, pesta-pora, dan pelesiran merupakan tujuan utama hidup, entah itu menyenangkan bagi orang lain atau tidak. Karena mereka beranggapan hidup ini hanya satu kali, sehingga mereka merasa ingin menikmati hidup senikmat-nikmatnya. di dalam lingkungan penganut paham ini, hidup di jalani dengan sebebas-bebasnya demi memenuhi hawa nafsu yang tanpa batas. Dari golongan penganut paham inilah muncul Nudisme (gaya hidup bertelanjang). Pandangan mereka terangkum dalam pandangan Epikuris yang menyatakan, "Bergembiralah engkau hari ini, puaskanlah nafsumu, karena besok engkau akan mati."

Ketika anda mencari makna kata hedon atau hedonisme di kamus, wikipedia dan sebagainya maka anda akan mendapatkan makna yang tidak jauh berbeda dengan makna di atas. Namun di sini saya tidak akan memperpanjang pembahasan tentang hakikat, landasan, bahkan pencetus pertama kali paham hedonisme ini, akan tetapi saya akan mencoba secara singkat membeberkan dampak dan pengaruh negatif yang ditimbulkan gaya hidup hedonis terhadap mental remaja terutama remaja muslim.

Gaya hidup hedonis saat ini bukan hanya menjadi tren di kalangan orang-orang kaya dan bangsawan saja, namun pandangan hidup yang mementingkan kesenangan dan kepuasan diri sendiri seperti ini telah merambat pada kehidupan kaum proletar bahkan mengakar dan merongrong urat nadi semua orang di segala lapisan masyarakat, terutama remaja yang notabenenya adalah tulang punggung bangsa dan negara. Kasus di atas salah satu contoh kecil pengaruh buruk hedonism, lebih jauh lagi kita lihat maraknya para remaja dan pelajar yang berlomba-lomba dan bermimpi bisa bergaya hidup mewah, nongkrong di mall, cafe dan plaza, mencaplok dan meniru life style para selebritis, budaya asing yang dianggap sebagai hal hebat berhasil mengubur budaya-budaya lokal, bahkan menjadikan free sex sebagai satu hal yang tidak tabu lagi.

Sejauh ini pengaruh paham hedonisme masih dianggap wajar selama masih berada dalam lingkaran moral yang baik, namun jika paham ini tidak dibatasi dan dibiarkan terus-menerus berkembang, lama kelamaan akan menjadi racun dalam darah dan bisa kita pastikan bahwa standar nilai moral yang baik (akhlak) itu akan senantiasa turun, turun dan turun lalu ada kesempatan bagi pemerkosa-pemerkosa akhlak menginjak-injak moral yang selama ini diajarkan agama kita (Islam) dan tujuan pendidikan bangsa Indonesia (mencerdaskan kehidupan bangsa), yaitu menciptakan generasi yang memiliki kematangan spiritual, emotional quotient, peduli dan tidak selfish.

Hedonisme bahkan merupakan sebuah doktrin yang dilancarkan imperialis barat untuk menghancurkan mentalitas pemuda dan remaja-remaja muslim. Kita tahu bahwa pasca perang salib, orang-orang eropa (yahudi dan nashrani) mengkhawatirkan kekuatan Islam yang terus berkembang, dan mereka yang tak mungkin lagi memerangi umat Islam dengan senjata dan kekerasan, terus berusaha melancarkan upaya-upaya lain dengan berbagai macam cara dari berbagai macam aspek. Louis IX adalah salah satu tokoh yang menyatakan bahwa “umat Islam saat ini tidak bisa diperangi dengan pedang”, maka dari itu bangsa eropa kemudian merencanakan perang salib model baru, yang biasa kita kenal dengan perang pemikiran (Ghazwul Fikri).

Firman Allah dalam surah Al-baqarah : 120; ”Dan orang-orang yahudi dan nashrani tidak akan pernah ridho/senang kepadamu hingga kamu mengikuti millah (agama) mereka….”
Dari sekian banyak usaha yang mereka lancarkan untuk menghancurkan umat Islam adalah menjauhkan umat Islam dari Islam (Al-qur’an dan As-sunnah), penyelewengan pemahaman serta mencampuradukkan kebenaran dan kebatilan, semua itu mereka jalankan dengan cara yang sangat halus dan meninabobokkan umat Islam.

Target utama mereka adalah Remaja dan pemuda Muslim, sajian menarik dan warna-warni glamor tertata rapi sangat indah menjanjikan kebebasan, begitu memukau, menggerogoti dan menguasai jiwa-jiwa berdarah panas. dari sinilah titik tolak kehancuran umat Islam dimulai, pemuda-pemuda yang telah teracuni hanya akan mementingkan kepuasan pribadinya, hidup dengan pestapora, egois dan tidak peduli lagi dengan keadaan sekitar, nasionalisme yang membabibuta, mengorbankan hal yang prinsipil demi sebuah pengakuan dan satu hal yang paling mereka benci “kematian”. Kelak mereka yang telah menjadi korban hanya akan menjadi sebuah generasi yang menyerah sebelum berperang, ber-ongkang kaki dan instan, generasi yang hanya pintar dan lihai membuat alasan. Dengan begitu akan sangat mudah bagi musuh-musuh Islam mencekoki umat Islam dengan doktrin-doktrin lain dan meninggalkan Islam sejauh-jauhnya, memisahkan Islam dari segala aspek kehidupan dan menyisakan Islam hanya sebatas ibadah di masjid dan doa-doa kosong (tanpa kehadiran hati).

Di sinilah kita temukan titik temu, bahwa hedonisme yang mengagung-agungkan kenikmatan dan kepuasan semata adalah salah satu planing zionis dan kepentingan imperialisme barat untuk menjajah dunia secara umum dan menghancurkan Umat Islam secara khusus. Rasanya akan sangat panjang jika saya harus menuliskan secara detail bukti-bukti bahwa gaya hidup Hedonis merupakan sebuah upaya “meng-krupukkan” tiang beton generasi muda Islam, berhubung ini bukan makalah maka cukuplah ini sebagai renungan dan realisasi dari perintah “wa tawashaw bil haqqi, wa tawashaw bis shabr”, bagi kita yang mengaku The Next Generation of Islam.
Saya akan menutup tulisan ini dengan firman Allah dalam surah Al-an’am : 32; “dan tidaklah kehidupan dunia itu kecuali (hanyalah) permainan dan senda gurau belaka, dan sesungguhnya Akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Apakah kamu tidak memahaminya?”
Wallahu A’lam Bish-shawab.

Lanjut...???