"akU taU inI ciNTa"

terpasung dalam kesendirian
sunyi...sepi...
hati terbingkai bosan

malamku begitu pekat tanpamu
entah bagaimana malammu di sana

aku mencari namamu
pada musik yang menghentak
siapa tau ia menghadirkan tawamu

aku mencari pelukmu
pada dingin yang menusuk-nusuk
siapa tau ia membawa hangatmu

aku mencari senyummu
pada langit berselimut gelap
siapa tau ia tampakkan indahmu

begitu banyak keraguan
apa aku harus menjawabnya sendiri?
sedang kerlingan sang malam
pun tak mampu melukiskanmu

aku tak percaya amor dan panah asmaranya
biar ku sulamkan seberkas rindu
dengan benangku sendiri
di atas dinding ruang hati

aku tau ini gila
aku tau ini cinta.

shioukahn 20-12-10
Lanjut...???

kATa oRAng


kata orang kamu cantik
wajahmu cerah bak purnama

ogah...aku tak mau itu

purnama hanya datang sebulan sekali
mendung pun kan menutupinya
aku ingin indahmu yang abadi

kata orang bibirmu indah
merah merekah bak delima

tidak...aku tak butuh itu
seperti kata "SLANK"
aku hanya butuh kejujuranmu

lembut menghias kedua bibirmu

kata orang kamu seksi

lemah gemulai bagaikan putri


entahlah...apa aku senaif itu

mencintaimu karena ke-aduhai-anmu

aku ikut kata "mas bop" saja
tubuh indah itu umurnya sementara

kata orang rambutmu berkilau

seperti mutiara terurai


memangnya aku jualan sampo

menjajakan mahkotamu di pasar

biarkan saja kain itu kusam
mutiara itu tetap mahal


shioukahn 19-12-10
Lanjut...???

MII selalu DI hati...bag. 5


"Mereka" (teladan para bintang)

Senja datang mengikis siang, garis horizontal tergores indah di kaki langit, lukisan kuning kemerahan menghias ujung barat, selamat tinggal siang selamat datang malam. Takbir menggema memenuhi langit yang mulai ditinggalkan cahaya, seonggok cerita telah berlalu namun semangatnya masih membekas di hati, yang kan mewarnai cerita-cerita lain, cerita perjalanan para bintang di MII.


Tepat setelah sholat maghrib, para santri segera berkumpul di kelompok "ngaji"nya masing-masing, kelompok yang dibentuk untuk mentertibkan kegiatan mengaji di masjid ini terdiri dari seorang kakak kelas V sebagai pembimbing atau penanggungjawab kelompok, biasanya selain membaca al-qur'an secara bergiliran
juga ada beberapa sesi untuk tafsir dan penyampaian materi ringan yang juga disampaikan secara bergiliran, sedangkan untuk formatnya diserahkan sepenuhnya kepada masing-masing kelompok, mungkin agar tidak monoton dan tidak membosankan jadinya terserah kreatifitas masing-masing. Sedangkan santri kelas enam "dibebaskan" dari kegiatan ini, entah apa sebabnya yang jelas sebagian besar dari mereka hanya melewatkan waktunya dengan berdiam di kamar atau ngobrol-ngobrol saja, meskipun sebagian yang lain memanfaatkannya dengan hal-hal positif, tetapi tetap saja "menurutku" ini tidak efektif.

Kami para santri baru waktu itu di bagi menjadi beberapa kelompok saja, kata kakak kelas (dpt. Dakwah) ini adalah kelompok sementara untuk mengetahui kemampuan santri baru dalam membaca al-qur'an. Seingatku ada tiga kelompok waktu itu, masing-masing kelompok dipegang satu kakak kelas V, mereka adalah: kak jebel firdaus, kak yusuf asrinrizal dan kak adhan sanusi. Ketiga kakak kelas ini sangat popular terutama di kalangan santri baru, perhatian dan sikap mereka yang kalem membuat kami "lebih mengenal" mereka daripada kakak-kakak kelas yang lain.

Setelah beberapa hari kami mengaji bersama mereka, akhirnya kami di pisahkan sesuai kemampuan (level) membaca al-qur'an masing-masing. Bagi yang levelnya masuk dalam ketegori di bawah rata-rata, berada satu kelompok dengan kak yusuf asrinrizal (begantian dengan kak hasanuddin adam). Metode belajar ngajinya agak aneh dan "kejam", tentu saja bukan seperti anak TPA yang baru belajar mengaji menggunakan metode "iqro'", ini sedikit "kasar" mungkin karena kami sudah masuk pesantren jadinya mau tidak mau harus dipaksa bisa mengaji.."malu donk anak MII ga bisa ngaji..". metode yang dipakai adalah "kalau salah dipukul", tentu metode ini setelah melalui tahapn terlebih dahulu, biasanya kak yusuf memberikan contoh terlebih dahulu lalu diikuti anggota kelompoknya, setelah itu satu-persatu dari anggotanya dimintai untuk mengulangi bacaan yang telah dia contohkan tadi, nah…ketika salah melafadzkan, kak yusuf tidak lantas membenarkannya akan tetapi memukulnya dengan pecutan dari bambu, sampai akhirnya mampu melafadzkan dengan benar (wah…kejam banget yah…hehe), pernah suatu ketika aku melihat salah satu temanku mengaji sambil nangis karena selalu kena pukul sama kak yusuf, mungkin karena selalu salah, tapi Alhamdulillah tidak ada yang "ngambek". Hehehe….

Pelajaran kelima: "berakit-rakit ke hulu berenang ke tepian"…..berani nggak mengartikannya??

Sedangkan yang termasuk kategori menengah bergabung bersama kelompoknya kak adhan sanusi, di sini kami hanya "dipermak" agar lebih bagus kualitas bacaannya, belajar teori-teori dasar tajwid dan mengaplikasikan ke dalam bacaan al-qur'an dengan baik dan benar, mengenal tanda-tanda dalam mushaf dan trik-trik agar semakin lancar. Kadang-kadang kak adhan juga mengadakan tebak-tebakan (kuis berhadiah), pertanyaannya seputar hukum-hukum bacaan, ini dimaksudkan agar kami mudah mengingatnya. Aku termasuk di dalam kelompok ini, sampai sekarang aku masih terkesan dengan cara semacam ini, luar biasa. Yang paling aku ingat adalah kesan mereka yang tidak membuat kami takut dan enggan hadir di kelompoknya sehingga suasana belajar mengaji menjadi sangat menyenangkan dan dirindukan.

Bagi yang sudah lancar, mereka dipencar di kelompok-kelompok ngaji yang lain, begabung dengan santri-santri lain yang sudah terlebih dahulu memulai aktifitas di kelompoknya. sebagian besar mereka adalah santri baru yang lulusan SMP/MTS (dulu belum ada kelas takhassus), ya meskipun sebagian dari mereka ada juga yang "belum lancar" tapi mungkin karena mereka dinilai sudah "dewasa", jadinya tetap dikumpulkan dengan kelompok santri "lama". bagiku, cara seperti ini sangat efektif (klasifikasi) agar perhatian terhadap kualitas bacaan santri MII (santri PERSIS umumnya) lebih baik, sedangkan pembelajaran dan latihannya lebih terkonsentrasi dan terkondisikan. kalau sudah begitu insyallah tidak akan ada kasus "lulusan MII tidak bisa mengaji". amin

Kami bangga memiliki kakak kelas sebaik mereka, perhatian dan ketelatenan mereka begitu tulus, memberikan teladan dan contoh yang baik serta memposisikan diri sebagai kakak yang mengayomi bukan kakak "senioritas". Tidak…..aku tidak memandang kakak-kakak kelas yang lain dengan sebelah mata, mereka semua baik dan tidak mem-buli kami santri baru, aku harus jujur ketika ditanya kesan-kesan yang baik tentang kakak-kakak kelas, tentu saja aku dan mereka (santri baru) memiliki kesan-kesan tersendiri dengan kakak kelas yang lain, tetapi jika aku harus bercerita tentang mereka maka aku harus menulis kesan-kesan yang umum, kesan yang tidak hanya aku, tapi mereka juga merasakan hal serupa.

bersambung

Lanjut...???

MII selalu DI hati...Bag. 4


Lets us begin ….!! (tangisan para bintang)

Cerah mentari menyambut hangat datangnya hari, deru ombak seakan menyapa "dimana semangatmu pagi ini??", lambaian cemara seolah mengiringi langkah-langkah kaki para "pemburu" cita-cita di ma'had ini. Hiruk pikuk pagi ini terasa berbeda, energy positifnya sangat kuat hingga siapapun yang merasakannya, akan terbawa indahnya nuansa semangat baru para santri MII yang menaikkan "tensi adrenalin" dalam dekapan suasana keberesamaan.

Hari itu, para santri sibuk mempersiapkan diri untuk membuka lembaran baru, memasuki hari baru di kelas baru, buku-buku baru dan tentu saja pelajaran baru. Sebagai santri baru, aku sangat senang saat buku-buku diktat dibagikan dan ekspresi yang sama juga ditunjukkan santri-santri baru yang lain. Diantara buku-diktat itu, salah satunya adalah yang paling fenomenal, ya buku itu berwarna hitam dan bertuliskan "Pengajaran sholat" warna emas, buku karya tokoh PERSIS "Alm. Ust. A Hassan" bagiku sangat aneh (jika dilihat dari judulnya), seingatku sejak dulu (di rumah dan di madrasah) sudah diajarkan tata cara sholat, ah….paling isinya itu-itu saja. Ternyata buku ini tidak hanya membahas seputar sholat wajib dan rukun-rukunnya saja, akan tetapi lebih dari itu, buku ini membahas semua masalah yang ada hubungannya dengan sholat, mulai tata cara berwudlu' sampai sholat-sholat tidak wajib (sunnah) termasuk sholat jenazah, sholat gerhana dan lain-lain, tentu saja tuntunan ini didasari dengan dalil dari alqur'an dan as-sunnah.

Tepat pukul 07:00,
dari pengeras suara depan masjid bel tanda dimulainya kegiatan belajar mengajar berbunyi, tidak seperti waktu di MTA dulu yang ketika bel berbunyi para santri sudah berada di dalam kelas, duduk rapi sambil menunggu ustadznya datang. Di MII tidak, kebanyakan santri memang sudah berada di komplek kelas saat bel berbunyi, tapi tidak semuanya berada di dalam kelas, sebagian memang memilih langsung duduk di bangku, tapi sebagian lagi lebih memilih untuk menunggu ustadz pengajar datang dengan ngobrol santai di teras kelas daripada duduk manis di dalam kelas, bahkan ketika ustadznya sudah datang metode "mengusir ayam" harus dipakai "ayo masuk…masuk…masuk" hehe. Begitulah kira-kira yang terjadi sampai aku lulus dari ma'had ini.

Pelajaran keempat…kedisiplinan harus dilatih sejak dini.

Ustadz fauzan adhim adalah orang pertama yang memulai kegiatan belajar di kelas kami, pengajar bahasa arab ini memperkenalkan diri sampai memberitahukan bahwa dia dipercaya untuk menjadi wali kelas kami. Seperti kebanyakan kelas-kelas baru dimulai, biasa ada sesi perkenalan agar lebih saling mengenal satu sama lain dan lebih akrab antar anggota kelas. Perkenalan dimulai sesuai dengan urutan abjad di buku absen, tentu saja aku mendapatkan urutan pertama karena namaku diawali dengan huruf A "Ahmad", ust. Fauzan senyum-senyum, mungkin karena kita sudah saling mengenal bahkan sempat ngobrol waktu aku baru menginjakkan kaki di sini, selanjutnya yang lain juga dipersilahkan memperkenalkan diri.

Secara bertubi-tubi, pengumuman-pengumuman tentang peraturan ma'had dibacakan, mulai dari berlakunya larangan keluar malam sampai peraturan "wajib" sholat berjema'ah lima waktu di masjid. Kurang lebih peraturan-peraturannya sama dengan yang aku tahu di MTA, bedanya mungkin system penerapannya saja, kalau di MTA agak keras dan sedikit "main bentak" tapi kalau di MII lumayan "lembut". Kalau di MTA, semua santri harus sudah berada di masjid saat adzan berkumandang, kalau di MII yang penting sholat berjema'ah di masjid meskipun "masbuq" raka'at terakhir…hehe.

Seperti rata-rata peraturan-peraturan yang berlaku, peraturan di ma'had ini pun terasa mengekang kebebasan, terutama bagi santri baru. Aku yang pernah merasakan peraturan lebih ketat dari ini, masih saja merasa tak nyaman, mengganggu pikiran dan selalu dihantui dengan rasa takut "dihukum" jika melanggar. Akan tetapi, sekian waktu berselang semua itu menjadi biasa, ya……..hanya butuh dibiasakan saja hingga peraturan-peraturan itu terasa seperti aktifitas yang mengalir sehari-hari, tak ubahnya seperti kebutuhan kita mandi, makan dan lain-lain.

Berbagai kegiatan pun mulai di aktifkan, dengan begitu para santri tidak hanya beraktifitas belajar di kelas (formal) semata, akan tetapi juga ada kegiatan bernuansa ekstra (informal) seperti: seni beladiri tapak suci, PMR/BSMR dan sanggar teater. Karena selain untuk penunjang belajar di ma'had ini, juga merupakan sebuah sarana untuk menciptakan suasana yang tidak menjemukan di pesantren ini sekaligus mengarahkan minat dan bakat para santri, hingga mereka tidak salah dalam menyalurkannya.

Saat petang menjelang, suasana menjadi sangat syahdu terutama bagi kami santri baru waktu itu. Suasana seperti ini begitu kuat mengangkat rasa kerinduan kami kepada keluarga di rumah, saat kami harus mandi lalu kemudian bersiap-siap ke masjid. Pernah suatu ketika aku memergoki salah satu temanku menangis di depan lemarinya sehabis mandi menjelang maghrib, kemudian datang seorang teman lagi lalu duduk di sampingnya, dia juga ikutan nangis, begitu pula selanjutnya, datang lagi satu duduk dan nangis, sampai ada beberapa orang (aku lupa jumlahnya) duduk berbaris sambil nangis, petang itu seperti ada paduan suara tanpa di koordinir seorang "dirigen", iramanya dingin tak seperti alunan seruling, juga tak ada hentakan seperti music rock. Akan tetapi…temponya yang tidak teratur akan mengantarkan mereka menuju jalan "bintang".

Bersambung...

Lanjut...???

MII selalu DI hati...bag. 3


Pra KBM dan final piala dunia 98

Suasana desa camplong yang begitu lekat dengan hawa lautnya, angin yang kencang dan hawa lembab sama sekali tidak mengurangi kebahagiaan santri-santri MII untuk saling bertukar cerita selama liburan di kampung. Canda tawa mewarnai hari-hari pra kegiatan belajar mengajar di ma'had ini, peraturan-peraturan ma'had yang belum resmi diaktifkan menjadi momen dimana para santri memanfaatkannya dengan jalan-jalan santai sekitar desa camplong dan bercengkram sambil menikmati oleh-oleh yang dibawa dari rumah masing-masing, hari-hari pra KBM ini seperti sebuah bonus pasca liburan sambil menunggu santri yang belum datang ke ma'had dikarenakan satu dan lain hal.

Tahun ini juga (1998) merupakan tahun dimana pesta olahraga paling populer di jagad raya ini dihelat,

perancis yang menjadi tuan rumah piala dunia 98 ini berhasil menembus partai final dimana lawan yang akan dihadapinya adalah tim kuat brasil. Tak kalah dengan di luar sana, di ma'had ini pun piala dunia ramai diperbincangkan, mulai dari ulasan pertandingan-pertandingan yang sudah lewat, performa para pemain sampai prediksi tim mana yang akan keluar sebagai juara tahun ini. Aku tak menyangka, ternyata santri-santri di sini lebih gila bola (GIBOL) daripada santri di MTA, atmosfernya begitu kuat, sampai-sampai asatid di ma'had ini juga membicarakn hal serupa, poster-poster pemain dan tim sepakbola juga dibolehkan menempel di dinding kamar MII.

Bagiku (waktu itu) sepakbola bukan merupakan hal yang sangat menarik, maklum karena tahun itu aku belum tahu banyak tentang dunia sepakbola, jangankan ulasan pertandingan atau prediksi skor, nama-nama pemain saja aku cuma dengar dari kepopuleran mereka dan perbincangan orang dewasa saja. Ketika aku ditanya tentang tim mana yang akan aku dukung di final nanti, tentu aku memilih brasil karena aku hanya tahu di sana ada pemain paling popular saat ini, dia adalah sang fenomenal Ronaldo (tonggos). Lalu bagaimana dengan perancis?? Wah…tak satupun dari mereka yang aku kenal namanya, inilah awal dimana aku terbawa kedalam pusaran penggila bola sampai saat ini.

akhirnya saat yang ditunggu-tunggu telah tiba, tanpa di komando semua santri di sini seakan mempersiapkan diri untuk "nonton bareng" partai puncak piala dunia 98 nanti malam, berhubung peraturan harus tidur di kamar masing-masing belum diresmikan jadinya para santri bisa seenaknya tidur di sembarang tempat, termasuk tidur di masjid biar tak ketinggalan pertandingan final. Tepat pukul 01:45 dini hari, suasana ma'had yang sebelumnya sepi mendadak ramai, ternyata pertandingan final antara tuan rumah perancis vs brasil akan segera di mulai dan semua santri yang memang menunggu momen empat tahun sekali ini segera bangkit dari lelap mereka. Diantara mereka ada yang sibuk mengeluarkan tv dari kantor MII, ada juga yang sibuk membangunkan teman-temannya dan tentu saja ada yang sudah siap di tempat duduknya yang paling strategis sambil memulai percakapan seputar pertandingan.

Angin malam yang mengarah dari pantai ikut meramaikan malam pemuncak piala dunia, aku yang mala mini tidur di teras masjid bersama jefri dan beberapa kakak kelas (diantaranya heri tanjung, harianto dan fahrullah yang sama-sama dari ambat sepertiku), juga tak ingin melewatkan malam "special" ini begitu saja maklum, ini adalah malam paling indah selama beberapa hari aku tinggal di ma'had ini. Secara mengejutkan perancis keluar sebagai juara dengan mengalahkan brasil 3-0, dua gol perancis dicetak zidane dengan kepalanya memanfaatkan sepak pojok di menit 27 dan di penghujung babak pertama dengan cara yang sama, sedangkan gol terakhir dicetak Emmanuel petit di menit 90.

Wah….waktu itu aku sama sekali tidak bisa menikmati jalannya pertandingan, apalagi bergembira dengan keluarnya perancis sebagai juara hahaha….(ga ngefek kali), yang jelas mayoritas santri yang gibol sepertinya kecewa dengan kekalahan brasil, apalagi bintang mereka "sang fenomenal" bermain sangat buruk (katanya sih…..haha). ini menjadi momen awal sebelum akhirnya aku benar-benar menggandrungi olahraga paling bergengsi ini, meskipun hanya sebatas penikmat bukan sebagai pemain.

pelajaran ketiga....boleh saja kita larut dalam warna lingkungan, tapi warna kita tetap yang paling cerah, melengkapi warna-warna yang akan menjadi lebih indah karena warna kita. karena pelangi tidak akan lengkap tanpa warna MERAH.

Semua ini masih awal dari perjalananku di ma'had ini, KBM belum juga di mulai akan tetapi kesan-kesan sejauh ini begitu indah, memberikan sensasi tersendiri dalam kehidupanku, dunia baru, kawan-kawan baru, suasana baru dan kakak-kakak yang baik. MII….aku masih belajar mencintaimu, belajar mengalir, mengikuti irama dinamika yang kau tawarkan, bersama hembusan angin yang hinggap di reranting cemara dan deburan ombak pesisir pantai camplong.

Bersambung….

Lanjut...???

MII selalu Di hati...bag. 2


Masa-masa santri baru (perkenalan dengan calon bintang)

Masih jelas di ingatanku, orang pertama kali yang aku kenal di MII adalah ust. Untung rifa'i, beliau selaku petugas penerimaan santri baru menyambutku dengan senyuman "khas"nya yang mengembang. Dengan santun dan lembut ust. Untung yang pada kelanjutan kisahku nanti menjadi salah seorang yang paling berpengaruh dalam interaksi dan dinamika di ma'had ini menuntunku mengisi dan melengkapi formulir pendaftaran. Setelah semua persyaratan terpenuhi, sekali lagi aku siap tinggal di ma'had ini dan jauh dari keluarga lagi. Kesannya masih sama saat keluargaku meninggalkan aku di MTA setahun yang lalu, di depan kantor MII aku berusaha untuk kuat dan tegar namun ketika kucium tangan ibundaku, aku benar-benar tak kuasa menahan airmata. Seandainya bocah 13 tahun ini boleh jujur, maka sedikitpun tak pernah ada keinginan untuk jauh dari rumah, keluarga dan kampung halaman.


Orang kedua yang aku kenal di MII ini adalah
ust. Fauzan adhim, dia berasal dari desa beranta pesisir (Britania) tak begitu jauh dari desaku, pria berkulit putih ini adalah salah satu alumni kedua MII yang mengabdikan dirinya di sini setelah lulus, mungkin untuk mengisi kekosongannya sambil menunggu keputusan universitas mana yang akan dia tuju untuk "rekreasi" keilmuannya, setelah berkenalan ternyata dia adalah adik kandung dari miftahul jinan (atau biasa aku panggil mu'allim jinan) seorang seniorku di MTA, wah…kita jadi makin akrab karena kebetulan ini menjadi bahan obrolan dengannya. Ust. Fauzan yang nantinya menjadi wali kelasku di kelas satu, meskipun interaksi kami hanya setahun karena dia harus melanjutkan studinya di Jakarta, bisa dibilang salah satu orang yang memiliki kesan menarik dalam perjalanan kisahku di MII.

Orang ketiga yang aku kenal adalah Tajul (itu saja yang aku tahu dari namanya), dia juga seorang alumni kedua MII. Entah apa yang membuat kami begitu dekat malam itu, dia mengajakku makan bakso di warung pak supar, sembari dia menasehatiku agar berperilaku baik selama di ma'had menghormati asatid dan kakak-kakak kelas dia juga bercerita panjang lebar tentang perjalanannya selama menempuh pendidikan di MII. Bersama ust. Fauzan juga kami bertiga ngobrol santai di bawah pohon cemara di dekat gerbang ma'had tentang suka duka kehidupan di pesantren ini. Aku seperti mendapatkan bekal yang sangat berarti bagi kelanjutan kehidupanku selama di pesantren nantinya. Tajul yang belakangan aku tahu dari kakak-kakak kelas, ternyata dia adalah mantan departemen keamanan paling "sangar" dalam sejarah dinamika keorganisasian di ma'had ini, aku sangat bersyukur bisa mengenal mereka ust. Untung rifai, ust. Fauzan adhim dan Tajul, mereka adalah kesan pertamaku di pesantren ini. Ramah, baik, santun dan perhatian….itu saja.

Beberapa nama "beken" lain yang ikut mewarnai masa transisiku di MII ini adalah Muhamad qohar, selanjutnya kami biasa panggil dia kaher. Santri baru juga asal bangkalan, orangnya periang dan yang bikin aku geli adalah loghat bangkalannya yang khas. Kemudian datang seorang anak berambut ikal (bukan namanya yang ikal), belum sempat kami berkenalan dia langsung tidur di kamar yang khusus disediakan untuk anak baru, sorenya Alhamdulillah kami berkenalan dengan sedikit agak canggung dan malu-malu, anak ini bernama imam hasanuddin asal babat lamongan. Sesuai dengan nama daerah asalnya (babat), kedua orang tuanya menyodorkan kepada kami makanan khas dari babat, apa lagi kalau bukan wingko babat?!?!?! Hemmm…enaknyaaaaa. Dia bersama seorang kakaknya yang kami kenal dengan nama idris, ternyata dia juga baru masuk ma'had ini tapi dia pindahan dari ponpes persis bangil pasuruan. Meskipun bukan tokoh utama dalam kisahku ini, imam adalah bocah "tekun" yang bakal menjadi salah satu "ikon" dan "bintang" generasi kami.

Karena masih liburan kenaikan, ma'had masih terasa sepi dan membosankan, beruntung kakak-kakak kelas yang sengaja menghabiskan masa liburannya di dalam ma'had sangat mudah berinteraksi dengan kami yang masih belum tahu apa-apa di sini. Mereka yang sangat menyenangkan "waktu itu" adalah sodik dan alwi, gaya mereka yang kocak membuatku tertarik mendekati mereka, kami menghabiskan malam dengan cerita-cerita lucu kadang-kadang cerita horor juga dan yang paling penting, inilah malam pertamaku yang aku habiskan dengan begadang. Oiya…ada yang lupa, nama yang paling ditunggu-tunggu kedatangannya tiga kali sehari, dia seorang kakak kelas yang menjadi "sukarelawan" mengantar makanan dari barat (dapur) ke timur (MII putra) dengan becak khusus, namanya hatnawi asal pulau kangean sumenep.

Pelajaran kedua…kesan pertama begitu menggoda, selanjutnya terserah anda (ini iklan parfum axe yang lawas).

Pada masa-masa awalku di ma'had ini juga, aku bertemu seorang anak "special" yang pada hari-hari berikutnya di MII ini, kami jalani dalam suasana persahabatan yang begitu erat. Dia adalah jefriana ardianas, aku mengenal bocah asal ketapang ini sehabis sholat ashar, sebenarnya dia datang sebelum duhur, tetapi orang tuanya pulang dan meninggalkannya duduk sendiri di tepi masjid MII pas setelah sholat ashar. Tak sedikitpun butiran bening menetes dari matanya, tapi dari diamnya di teras masjid itu aku bisa merasakan perasaannya jauh dari keluarga, meskipun tak menangis guratan kesedihan di wajahnya tetap saja tak mampu disembunyikan. Aku mencoba mendekatinya, berkenalan dan sedikit bercerita kalau sebenarnya aku juga santri baru, baru beberapa hari di ma'had ini. Tak lama kemudian aku mengajaknya jalan-jalan ke barat (sekali lagi bukan eropa) sampai menjelang maghrib, ya sekedar mencari "hiburan" atau makan rujak di warung juventus. Jefri atau "J" begitu biasa kami memanggilnya, dia termasuk dalam tokoh utama dalam kisahku di MII, orangnya baik, cerdas, sedikit pendiam tapi menyimpan banyak potensi di dalam dirinya yang akan ter-expose pada saatnya nanti.

Suasana ma'had semakin ramai, masa liburan sudah berakhir. Berbondong-bondong santri-santri kembali ke pesantren, ada perasaan sedikit aneh karena kebanyakan santri (lama) yang kembali ke pesantren tidak seperti santri-santri yang aku tahu di MTA dulu, dari cara mereka berpakaian dan interaksi satu sama lain. Susananya hangat dan akrab, keramaian tercipta mereka seperti pulang ke rumah sendiri.

Santri-santri baru pun berdatangan, mereka yang datang setelahku itu akan segera menyusul petualangan baru yang sudah beberapa hari aku, kaher, jefri dan imam memulainya. Rerumputan dan cemara-cemara di sekeliling ma'had ini seakan menyambut kedatangan mereka, dan hembusan angin pantai camplong seolah berbisik di telinga-telinga mereka "selamat datang, selamat memulai petualangan di MII permai ini".

Bersambung….!!
Lanjut...???

MII selalu DI hati...bag. 1


Setahun sebelum MII

Ma'had Al-Ittihad Al-Islami, nama itu tak begitu asing bagiku, sebuah pesantren "muda" yang terletak di salah-satu pesisir desa camplong kabupaten sampang, mungkin karena banyak dari saudara-saudara sepupuku nyantri di pesantren itu jadinya nama itu lumayan familiar meskipun sebenarnya aku sendiri tak banyak tahu seperti apa sih pesantren yang biasa di sebut MII itu??

Saat lulus dari SD tahun 1997 aku memang ingin melanjutkan ke pesantren (mondok), entah kenapa aku sama sekali tak tertarik dengan sekolah umum, mungkin karena SMP di kecamatan tlanakan itu tak terlalu favorit (ini mungkin ya..!!) selanjutnya, aku hanya ingin berbeda dengan teman-temanku yang lain.

Aku dihadapkan dengan dua pilihan pesantren, untuk anak seumuranku waktu itu dua pilihan ini sangat berat, pesantren pertama yang ditawarkan adalah ma'had al-ittihad al-islami di camplong tidak terlalu jauh dari rumahku di desa ambat, jaraknya sekitar 12-13 kilometer ke barat, pilihan kedua yaitu, ma'had tahfidz al-qur'an atau biasa dikenal dengan singkatan MTA, ma'had ini adalah program khusus sebuah pesantren besar dan "beken" di Madura (Al-Amien), letaknya di desa prenduan kabupaten sumenep. berbeda dengan MII, MTA lebih jauh ke timur dari rumahku, perjalanan kesana setidaknya ditempuh dalam satu setengah sampai dua jam perjalanan darat.

Ternyata pilahanku jatuh pada pesantren yang kedua,
ya…MTA adalah pilihanku. Beberapa faktor kenapa aku memilih MTA , waktu itu aku merasa sudah sangat mengenal pesantren itu, mungkin karena hampir setiap bulan aku ke sana bersama ibunda mengunjungi kakak perempuanku, termasuk saat menghadiri acara wisudanya yang membuat aku benar-benar jatuh cinta dengan atmosfer di pesantren itu. Hal kedua, karena yang aku tahu adalah yang aku lihat. meskipun banyak dari saudara-saudara sepupuku yang mondok di MII, tapi jarang sekali aku berinteraksi dengan mereka, jadi aku memang tidak tahu "kualitas" mereka, sedangkan yang aku lihat adalah seorang kakak perempuanku yang sudah lulus dari pon-pes al-amien prenduan, yang menurutku waktu itu adalah contoh paling "keren" yang harus aku tiru dan ikuti jejaknya. Hal selanjutnya adalah murni dari imajenasi seorang anak kecil, entah kenapa aku merasa camplong itu lebih jauh daripada prenduan hahaha…padahal aslinya prenduan 4-5 kali lebih jauh daripada ke camplong yang bisa ditempuh dalam waktu 10 menit saja.

Singkat cerita, kisahku di MTA terhitung sangat singkat, tak sampai setahun aku bernaung di bawah asuhannya. Sebenarnya kalau ditanya kerasan atau tidak, tentu aku akan susah menjawabnya, teman-teman dari berbagai daerah dan suku begitu "asyik" bagiku, kegiatan-kegiatannya juga bagus dan aku sangat senang menjalankannya, tapi di lain sisi aku merasa tertekan dengan system "otoriter" di pesantren ini yang menghadirkan rasa "takut" di kepala, terus ternag aku tidak pernah merasa "enjoy" dengan kehidupanku di ma'had ini. Yang paling payah peringkatku selalu melorot setiap caturwulan. Ah…..dari sekian ratus calon santri yang ikut tes masuk MTA, aku berada di peringkat 25 artinya aku masuk kelas B yang isinya adalah peringkat 1-40, sedangkan peringkat 41-73 di kelas C dan sisanya terlempar dari MTA dan harus merelakan setahun dari waktu mereka di kelas syu'bah (eksperimen). Dari penyandang peringkat 25 turun ke peringkat 33 pada caturwulan pertama, caturwulan kedua lebih menyedihkan lagi, turun sepuluh peringkat menjadi 43. Wah…..jangan-jangan caturwulan selanjutnya turun 10 peringkat lagi nih..!!!

Pernah suatu ketika aku harus diantar pulang wali kelas karena sakit, sesampai di rumah aku merasa sangat asing, menjadi pendiam dan susah sekali menyapa orang, mungkin karena beberapa bulan aku tidak pernah pulang dan pastinya waktu itu aku merasa "lebih keren" dari teman-teman yang lain, merasa special dan……. Waw……….sedikit sombong gitu lhoooooooooo..!!

Pelajaran pertama….jangan pernah menilai rasa kue sebelum kamu mencicipinya….hem…nyambung ga ya???!!!!

sekitar separuh perjalanan caturwulan ketiga, atau mungkin lebih dekat ke akhir aku harus cuti dari ma'had karena sakit yang aku derita mengharuskanku beristirahat total, kata dokternya aku harus istirahat untuk memulihkan kesehatan secara umum dan menenangkan pikiran karena pengaruh psikis yang tertekan.

Kurang lebih sekitar 3 bulan ruteku hanya rumah dan rumah sakit (check up), sangat membosankan, terutama saat pagi hari dimana aku melihat teman-teman dan anak-anak lainya berangkat sekolah dengan seragam lengkap. Aku hanya bisa mengintip mereka dari balik jendela, aku merasa minder dan….rasanya ingin nangis.

Sempat terbesit ingin melanjutkan sekolah umum saja tapi ibunda bilang, bapak pernah berwasiat nanti kalau aku lulus SD akan di masukkan di pesantrennya pak sutardjo (MII), wasiat itu bahkan sebelum MII dibangun (baru sekedar rencana). Akhirnya aku mengalah saja, sudahlah aku tak mau lagi menyalahi wasiat orang tua, insyaallah ini yang terbaik buatku.

Aku setuju akan melanjutkan ke pesantren lagi, kali ini aku menyebrang dari timur ke barat (bukan eropa), meskipun aku harus rela tahunku di potong karena aku mengulang dari kelas satu lagi, tapi dari sinilah kisah-kisah yang tak terlupakan itu di mulai.

Bersambung….!!


Lanjut...???

hiDUp iTu iNdah "katanya"



tak ada yg lebih menyebalkan
dripada melangkah diantara tumpukan sampah
bau busuknya menusuknusuk
belatung menggeliat menjijikkan

percuma ku mengoceh
sampahsampah itu tuli
percuma ku menutup hidung
belatungbelatung tak peduli

mata kaki memang tak melihat
biarkanlah ia melangkah
mata hati kan menuntunnya
mencari cela tuk menapak

biarlah mata ini sedikit berair
karena nafas tertahan di dada
pda saatnya kan terhempas jua
bebas terlepas jeratan

kawan..

ini bukan cerita "negri compangcamping"
bukan pula tentang "berhala yg kau sembahsembah"
bukan pula tentang "cinta yg kau sempitkan"
inilah hidup yg katanya "indah"

hidup tak seindah puisi
karena ia butuh pengorbanan
diksi lamatlamat menghanyutkan
karena ia dpilih dengan kematangan

katakata singkat berlebihan
keindahannya tak mudah dimengerti
padat, apanya yg dinikmati??
tpi ia menggelegar dan menggetarkan

puisiku terlalu sederhana kawan
tak mampu mengubah sampah mnjadi pernakpernik
tak bisa mengubah belatung menjadi kupukupu
tpi, biarlah ia bernyanyi mendendangkan indahnya sendiri

shioukahn 02-12-10
Lanjut...???

seNYum saBiT


pagi tadi
adzan subuh pun blm berkumandang
dri kmr sbelah Dhani Ahmad bilang
coba lihat langit pagi ini

aku dan Junaidi 純愛出 جنيدي pun segera ke balkon
subhanallah bgitu indah..!!

sedikit berkabut
tpi langit terliht sangat cerah ceria
di selasela reranting dan bangunan kokoh
senyum sabit sangat menawan
bintang-bintang pun sangat setia
menemaninya berpijar pagi ini

sayang...tak ada kamera
kuabadikan di hati saja

shioukahn 02-12-10
Lanjut...???