Aku Rasakan Mereka hadir di Sini

Tak terasa 3 oktober 2007 lalu genap 3 tahun aku hidup di negeri kinanah mesir ini, selama 3 kali musim dingin dan 3 kali musim panas, sudah tak terhitung lagi berapa tempat yang pernah aku kunjungi, sudah tak tahu lagi berapa banyak uang yang aku habiskan selama di sini dan sudah 3 kali aku merasakan tinggal di rumah yang berbeda dan di daerah (district) yang berbeda.
Namun selama 3 tahun itu baru sekali aku merasakan satu hal yang berbeda, aku sebut berbeda karena saat itu jiwaku seakan melayang mengembalikan waktu ke masa di mana aku dan sahabat-sahabatku ingin menampakkan makna yang berbeda dari kata "GAUL" yang di gembar-gemborkan remaja-remaja seusia kami waktu itu, masa dimana kami "melampiaskan" kreasi, emosi, ambisi yang mengalir pada darah muda kami untuk prestasi dan sebuah "NAMA" besar.
awal ramadhan kemarin, di asrama (khusus pelajar asing), tepatnya di Raod el farag Shubra Kairo Mesir tempat aku tinggal sekarang, kedatangan tamu yang tak lain adalah beberapa Dosen dari Unv. Al-Azhar. beberapa orang di antara kami ditunjuk untuk menampilkan sebuah pertunjukan kecil berupa drama (teater) namun namaku tak termasuk di dalamnya, tema yang dipilih adalah masuknya islam ke indonesia. beberapa kali mereka melakukan latihan dan aku terkadang secara tak sengaja melihat latihan mereka saat aku melintas, secara sekilas aku sudah bisa membaca skenario yang mereka mainkan, cukup sederhana memang cerita yang disutradarai salah satu orang yang kami tuakan di sini dan beliau sudah cukup berpengalaman dalam dunia seperti ini karena sudah beberapa kali menampilkan drama/teater.
menampilkan keadaan rakyat indonesia sebelum datangnya Islam, lalu datangnya para saudagar dari india yang kemudian menyebarkan ajaran agama Islam dan dapat diterima dengan baik oleh rakyat dan raja di sumatera saat itu.
tiba-tiba saja aku diajak ikut mengevaluasi hasil tiga kali latihan mereka, aku sedikit terkejut dari mana mereka tahu kalo aku pernah menjadi anggota sanggar saat di pesantren dulu? mungkin teman se-almamater yang sekarang sekamar denganku yang memberi tahu.
aku terima ajakan mereka, tapi dengan syarat kalo aku masuk harus pake caraku, sang sutradara setuju lalu jadilah aku bagian dari mereka. sebelum memulai latihan aku mengharuskan mereka bermeditasi diam sejenak menutupkan mata dan duduk tegap, dimulailah sebuah meditasi yang begitu asing bagi mereka ada yang mengikuti instruksi dari ku dengan baik namun ada pula yang tertawa karena memang mungkin begitu asing baginya, aku mulai menata emosi mereka dan saat aku memejamkan mata aku mulai merasakan sebuah dunia yang sudah lama aku tinggalkan, aku hadirkan kembali memori-memori yang sudah lama hilang dan secara reflek aku mulai mengeluarkan suara, kata-kata yang biasa diucapkan pembina sanggar teater "A-Ikhwah" saat melakukan meditasi semacam ini, begitu juga saat kami latihan tanpa sang pembina yang meraih penghargaan sutradara dan penyaji terbaik se-indonesia timur itu, "rileks.......konsentrasi.....sekarang kita memasuki dunia akting....untuk sementara kita gantungkan baju keseharian kita....kita pakai topeng-topeng teater kita....kita dengarkan suara musik ini....nikmati hingga anda merasa rileks....setelah itu coba anda dengarkan suara di belakang musik itu....suara mobil, suara manusia.....berdzikirlah kepada Allah agar hati kita tidak kosong dari dzikir....." setelah terdiam beberapa saat aku memberi aba-aba bahwa meditasi selesai, nah pada saat itulah aku seperti merasakan kehadiran sahabat-sahabatku se-sanggar, sahabat-sahabat terbaikku dimana aku merasa lebih hidup jika bersama-sama mereka, sahabat yang menginspirasikan banyak hal dahsyat, begitu banyak sensasi yang pernah kami lakukan, aku benar-benar seperti kembali ke masa lalu, bersama mereka aku berusaha memperbaiki citra anak-anak teater yang dinilai amburadul, acak-acakan dan overconfidence.
saat mereka memulai latihan aku duduk sebagai penonton, aku diam dan tak berkomentar sediktipun, sedikit lucu dan membuatku tersenyum saat mereka berakting, rupanya masih sangat lugu, polos dan sama sekali tak punya tehnik, tapi tak apa aku akan mencoba mengevaluasinya.
setelah mereka selesai aku mulai "berceramah" (seaaaaaaaaah), "ada beberapa poin yang akan aku komentari tentang hasil latihan antum, yang pertama aku salut dengan usaha antum hingga sejauh ini, tentang tehnik yang paling penting pada setiap penampilan itu adalah blocking panggung di mana para pemain tidak boleh membelakangi penonton atau seorang pemain bersembunyi di belakang pemain lain, dengan kata lain para pemain yang tampil di atas panggung harus terlihat oleh penonton dan tidak menumpuk di satu sisi panggung saja sehingga setiap sisi panggung terisi. yang kedua all out pada perannya masing-masing jangan setengah-setengah, yang ketiga jangan terlalu sering naik-turun panggung." itu saja mudah kan?setelah itu mereka mulai latihan yg kedua dengan mengikuti instruksi dariku dan jadilah penampilan mereka "lumayan" rapi dan tidak membosankan. Alhamdulillah akhirnya aku bisa mengalirkan apa yang pernah aku pelajari dan itu yang pertama kali selama aku di mesir.
aku sangat bangga bisa berlatih bersama orang-orang yang berkualitas dan pelatih terbaik, aku juga pernah berlatih bersama mas Joko Bibit seorang sutradara teater kelas internasional di gedung pemuda surabaya pada acara workshop teater tahun 2002 lalu. namun aku tak bisa hanya bernostalgia begini aku harus mencari sesuatu yang lain, sesuatu yang bermanfaat seperti yang aku rasakan dari ilmu olah raga dan jiwa (teater) serta pengalamanku bergelut di dunia kemanusiaan dan palang merah, hingga aku mampu membangun emosi dengan baik dan tahu bagaimana cara menyikapi persoalan-persoalan yang terjadi pada kehidupan sehari-hari.
sobat.....................aku merindukan hari-hari saat kita mendengar dari loudspeaker itu bahwa juaranya adalah "kita"

0 comments:



Post a Comment