Luapan Isi Hati

Kalau tidak karena ini mungkin aku masih tertidur pulas pagi ini, ah….pikiran ini selalu mengganjal di otakku, gak tau apa sebabnya akhir-akhir ini otakku selalu penuh dengan realita-realita yang terjadi dalam kehidupan yang tengah aku dan orang lain jalani, dan mungkin otakku sudah penuh hingga mataku susah dipejamkan batinku selalu berbicara, sedari tadi aku hanya bolak-balik di tempat tidur saja, akhirnya aku punya ide bagaimana kalo aku abadikan segala sesuatu yang aku pikirkan saat ini. Sekarang aku duduk di depan computer, segera aku tumpahkan unek-unek yang ada di kepalaku, mungkin akan ada orang yang setuju dan mungkin ada orang yang tidak tapi yang jelas inilah isi hatiku.

Aku adalah seorang mahasiswa yang hidup di antara berbagai macam corak budaya, pemikiran, pergerakan dan berbagai macam cara orang memandang agama dan kehidupan. Ada orang yang katanya moderat, liberal, fundamentalis, ekstrimis, emansipatoris dan berbagai istilah lainnya, ehmm…dari mana istilah itu diambil dan apakah semua orang sepakat akan definisi dari istilah-istilah itu aku juga tidak tahu, salut untuk orang-orang yang tidak terjebak dengan istilah-istilah kelompok tersebut. Memang di antara kelompok-kelompok itu ada perbedaan yang sangat mencolok, sebut saja kelompok yang mengaku dirinya paling getol dengan Al-quran dan Hadits, mereka yang selalu bekumpul dalam ta’lim membahas masalah-masalah keislaman mengkaji Al-qur’an dan Al-Hadits, ciri-ciri fisiknya berjenggot dan berpakaian di atas mata kaki, aku suka gaya hidup mereka yang selalu bersih, wangi dan selalu menjaga kesopanan, aku juga suka dengan cara mereka mencari ilmu kalo ga salah dikenal dengan istilah rihlah ilmi mencari guru atau syeikh dan menerima ilmu dengan cara bertatap muka langsung istilahnya talaqqi, aku juga sangat setuju dengan cara mereka mentashih Hadits dan tatbiq hukum-hukum syariat, “sayangnya” kelompok ini hanya mau menerima wacana dari orang-orang yang mereka anggap sejalan, nah trus dari yang lain? Walaupun dia seorang ulama besar Kalo sudah dinilai tidak sejalan ya no way!! Seberapa kecilpun itu, mungkin itu yang menjadi sebab mengapa mereka sangat kaku pada sebagian masalah kontemporer, mungkin sebagian orang saja dalam kelompok ini yang tak mampu membawa agama yang mereka pelajari sebagai solusi kongkrit pada permasalahan kontemporer yang begitu komplit dan kompleks, sebut saja bagaimana mereka menyikapi perjuangan rakyat palestina melawan penjajah sementara pemimpin mereka hanya berdiam dan membiarkan bangsa penjajah mengobok-obok negeri dan rakyatnya, gelar apa yang mereka berikan untuk orang palestina yang berjuang mempertahankan harga diri mereka sebagai manusia, berjuang untuk mendapatkan hak demi kehidupan yang lebih layak, dengan dalil telah menentang pemerintahan umat muslimin, gelar Khawarij yang mereka sandangkan kepada para pejuang palestina, pantaskah?. Belum lagi mereka yang menafikan Politik (pro dan kontra) akan tetapi belakangan mereka mulai membolehkan, ada apa ini? Apakah mereka tidak menginginkan sebuah pemerintahan yang bersih dan jujur dari kelompok umat muslim yang menjanjikan syariat islam sebagai undang-undangnya? Atau mereka ingin mempertahankan pemerintahan yang lalim dan serba tidak terbuka demi sebuah keamanan jalan dakwah mereka, asal tidak mengoreksi rezim penguasa? Atau mereka pikir dakwah mereka akan ditutup kalau kelompok yang bercita-cita ingin menegakkan syariat islam menduduki pemerintahan?. jika Islam itu sesuatu yang bukan politik, bukan sosial, bukan ekonomi dan bukan peradaban lalu apa itu Islam? apakah ia hanya raka'at-raka'at kosong tanpa kehadiran hati? atau ia hanya lafadz-lafadz seperti yang dikatakan Rabi'ah Eladawiyah "Istighfar yang butuh kpada Istighfar", hanya untuk itukah Al-Quran di turunkan?oh tidak..Al-Quran terlalu sempurna untuk hal-hal yang begitu sempit. Ehm…atau ini hanya sebuah rivalitas dua kelompok yang berbeda? wallahu a’lam.
ada lagi yang sungguh tidak pantas bagi orang-orang yang berilmu seperti mereka yaitu seringnya mereka menghujat dan menjelek-jelekan ulama-ulama besar yang sudah familiar di telinga kita, memang pada hakikatnya ulama-ulama tersebut juga seorang manusia yang tak terlepas dari kesalahan, bahkan seorang Ulama sekaliber Syeikh Bukhari RA juga tak lepas dari koreksi mereka yang menurutku berlebihan, dan banyak lagi Ulama-ulama yang mereka kritisi dengan berlebihan bahkan mereka hujat habis-habisan, aku malah yakin ada konspirasi yahudi yang mungkin sebagian mereka tidak menyadarinya. padahal setauku mereka sangat lihai berbicara masalah hukum dan agama tapi kenapa saat mereka "anggaplah" tidak suka dengan satu kelompok, mereka tidak berusaha bertabayyun bahkan dengan semangat membeberkan kesalahan saudaranya sendiri. kami biasa menyebut mereka “kelompok Salafi” dan “Ikhwanul Muslimin” yang kami sebut sebagai rivalnya, mengapa?......aku belum banyak tahu tapi aku akan mencari tahu. Tentang Ikhwanul Muslimin atau yang biasa kami sebut “IM”, tidak banyak yang aku tahu dari kelompok ini, masalahnya di mesir yang katanya pusat IM ini, mereka tidak terang-terangan melakukan aktivitas sebagai sebuah organisasi IM, malah tidak ada satupun orang mesir yang mengaku dirinya bagian dari IM atau mereka akan ditangkap (maaf) bahkan dibantai persis seperti orang yang menentang rezim orde baru di Indonesia, tetapi belakangan yang aku tahu IM sudah menjelma menjadi sebuah partai politik dan sudah mulai merangkak ke atas, dari gambaran ini mungkin anda sudah bisa meraba-raba bagaimana rivalitas antara kelompok Salafi dan IM, dan pro rezim Pemerintah (kalo boleh aku tambahkan di sini).

Bagaimana dengan kelompok Ummatut Dakwah? (setauku Ummatut Dakwah bukan istilah yang dipakai untuk Da'i tapi untuk Mad'u) Mereka biasa dikenal dengan Jama’ah Tabligh, pada diri mereka tidak aku temukan yang menurutku merupakan sebuah konspirasi umat non muslim, menurutku mereka hanya bercita-cita menyampaikan kebenaran dan berbuat baik kepada manusia meskipun terkadang terlalu memaksakan sampai-sampai membuat-buat dalil sendiri atau hadits-hadits Maudlu’ (mungkin sebagian orang) agar bisa diterima, tentu ini juga tidak bisa sepenuhnya dibenarkan dan tidak sepenuhnya ditinggalkan karena Motto mereka adalah “amar ma’ruf nahi mungkar” meski mungkin ada orang yang kurang cocok dengan cara mereka berda’wah. Tapi ‘ala kulli hal aku salut dengan perjuangan dan pengorbanan dalam jalan da’wah mereka.

Kemudian datang sekelompok orang yang notabene anak-anak muda dan mengaku dirinya sebagai kelompok intelektual muda kontemporer, mereka mengusung pluralisme sosial sebagai solusi yang kata mereka agama sudah tidak mampu menampung permasalahan kontemporer yang begitu kompleks, diam-diam mereka memaksakan Pluralisme Agama yang mengatakan bahwa smua agama sama dengan alasan demi terciptanya keharmonisan antar umat beragama dan tidak ada lagi satu pihak meng-klaim dirinya paling benar dan yang lain salah, padahal ujung-ujungnya merekalah yang merasa paling benar sendiri, sampai2 mereka sperti punya agama baru..ya..agama pluralisme yang mereka sembah-sembah dengan dalih memperjuangkan kebenaran mereka telah memburamkan kebenaran itu sendiri. parahnya lagi mereka mulai menafsirkan Al-qur’an dengan bebas sebebas-bebasnya atau kalo menurutku seenak perutnya sendiri, mereka juga mengoreksi Al-Qur’an dan Agama Islam yang mereka anut lalu menarik kesimpulan bahwa keduanya sudah tidak lagi relevan dengan zaman, bahkan belakangan mereka lebih gila lagi dengan menghalalkan apa yang seharusnya haram dilakukan orang muslim lihat saja bagaimana mereka menghalalkan pernikahan sesama jenis yang menurut mereka sesuatu yang lumrah dan sesuai dengan fitrah manusia, Astaghfirullah…bahkan mereka mengejek Nabi Luth AS dengan membabi buta mereka menyebut Nabi Luth AS hanya sekedar sentiment.

Berikut aku kutip statemen mereka tentang Nabi Luth AS dan kaumnya: mereka menyebut Semua itu tidak lepas dari faktor kepentingan pribadi Nabi Luth AS, yang gagal menikahkan anaknya dengan dua laki-laki, yang kebetulan homoseks, tentu Luth amat kecewa Luth kemudian menganggap kedua laki-laki tadi tidak normal. Istri Luth bisa memahami keadaan laki-laki tersebut dan berusaha menyadarkan Luth. Tapi Luth, malah menganggap istri yang melawan suami dan dianggap mendukung kedua laki-laki yang dinilai Luth tidak normal. Kenapa Luth menilai buruk terhadap kedua laki-laki yang kebetulan homo tersebut? Sejauh yang saya tahu, Al-Quran tidak memberi jawaban yang jelas. Tetapi kebencian Luth terhadap kaum homo disamping karena factor kecewa karena tidak berhasil menikahkan kedua putrinya juga karenaa nggapan Luth yang salah terhadap kaum homo. Mereka juga menyebut bencana yang kemudian memusnahkan kaum negeri Sodom itu hanya sebuah bencana alam yang kebetulan terjadi ditengah kekecewaan Nabi Luth AS dan bukan karena adzab Allah, bahkan mereka menganggap orang yang tidak mengakui bahwa hubungan seks dengan sesama jenis itu sesuai dengan fitrah manusia, adalah orang yang tidak normal dan hanya melihat agama secara given taken for granted dan tidak kritis. Hahahahahahaha aku tertawa ketika membaca tulisan ini di sebuah email yang dikirim dari temanku.
Astaghfirullahal Adzim....

0 comments:



Post a Comment