MII selalu DI hati...bag. 1


Setahun sebelum MII

Ma'had Al-Ittihad Al-Islami, nama itu tak begitu asing bagiku, sebuah pesantren "muda" yang terletak di salah-satu pesisir desa camplong kabupaten sampang, mungkin karena banyak dari saudara-saudara sepupuku nyantri di pesantren itu jadinya nama itu lumayan familiar meskipun sebenarnya aku sendiri tak banyak tahu seperti apa sih pesantren yang biasa di sebut MII itu??

Saat lulus dari SD tahun 1997 aku memang ingin melanjutkan ke pesantren (mondok), entah kenapa aku sama sekali tak tertarik dengan sekolah umum, mungkin karena SMP di kecamatan tlanakan itu tak terlalu favorit (ini mungkin ya..!!) selanjutnya, aku hanya ingin berbeda dengan teman-temanku yang lain.

Aku dihadapkan dengan dua pilihan pesantren, untuk anak seumuranku waktu itu dua pilihan ini sangat berat, pesantren pertama yang ditawarkan adalah ma'had al-ittihad al-islami di camplong tidak terlalu jauh dari rumahku di desa ambat, jaraknya sekitar 12-13 kilometer ke barat, pilihan kedua yaitu, ma'had tahfidz al-qur'an atau biasa dikenal dengan singkatan MTA, ma'had ini adalah program khusus sebuah pesantren besar dan "beken" di Madura (Al-Amien), letaknya di desa prenduan kabupaten sumenep. berbeda dengan MII, MTA lebih jauh ke timur dari rumahku, perjalanan kesana setidaknya ditempuh dalam satu setengah sampai dua jam perjalanan darat.

Ternyata pilahanku jatuh pada pesantren yang kedua,
ya…MTA adalah pilihanku. Beberapa faktor kenapa aku memilih MTA , waktu itu aku merasa sudah sangat mengenal pesantren itu, mungkin karena hampir setiap bulan aku ke sana bersama ibunda mengunjungi kakak perempuanku, termasuk saat menghadiri acara wisudanya yang membuat aku benar-benar jatuh cinta dengan atmosfer di pesantren itu. Hal kedua, karena yang aku tahu adalah yang aku lihat. meskipun banyak dari saudara-saudara sepupuku yang mondok di MII, tapi jarang sekali aku berinteraksi dengan mereka, jadi aku memang tidak tahu "kualitas" mereka, sedangkan yang aku lihat adalah seorang kakak perempuanku yang sudah lulus dari pon-pes al-amien prenduan, yang menurutku waktu itu adalah contoh paling "keren" yang harus aku tiru dan ikuti jejaknya. Hal selanjutnya adalah murni dari imajenasi seorang anak kecil, entah kenapa aku merasa camplong itu lebih jauh daripada prenduan hahaha…padahal aslinya prenduan 4-5 kali lebih jauh daripada ke camplong yang bisa ditempuh dalam waktu 10 menit saja.

Singkat cerita, kisahku di MTA terhitung sangat singkat, tak sampai setahun aku bernaung di bawah asuhannya. Sebenarnya kalau ditanya kerasan atau tidak, tentu aku akan susah menjawabnya, teman-teman dari berbagai daerah dan suku begitu "asyik" bagiku, kegiatan-kegiatannya juga bagus dan aku sangat senang menjalankannya, tapi di lain sisi aku merasa tertekan dengan system "otoriter" di pesantren ini yang menghadirkan rasa "takut" di kepala, terus ternag aku tidak pernah merasa "enjoy" dengan kehidupanku di ma'had ini. Yang paling payah peringkatku selalu melorot setiap caturwulan. Ah…..dari sekian ratus calon santri yang ikut tes masuk MTA, aku berada di peringkat 25 artinya aku masuk kelas B yang isinya adalah peringkat 1-40, sedangkan peringkat 41-73 di kelas C dan sisanya terlempar dari MTA dan harus merelakan setahun dari waktu mereka di kelas syu'bah (eksperimen). Dari penyandang peringkat 25 turun ke peringkat 33 pada caturwulan pertama, caturwulan kedua lebih menyedihkan lagi, turun sepuluh peringkat menjadi 43. Wah…..jangan-jangan caturwulan selanjutnya turun 10 peringkat lagi nih..!!!

Pernah suatu ketika aku harus diantar pulang wali kelas karena sakit, sesampai di rumah aku merasa sangat asing, menjadi pendiam dan susah sekali menyapa orang, mungkin karena beberapa bulan aku tidak pernah pulang dan pastinya waktu itu aku merasa "lebih keren" dari teman-teman yang lain, merasa special dan……. Waw……….sedikit sombong gitu lhoooooooooo..!!

Pelajaran pertama….jangan pernah menilai rasa kue sebelum kamu mencicipinya….hem…nyambung ga ya???!!!!

sekitar separuh perjalanan caturwulan ketiga, atau mungkin lebih dekat ke akhir aku harus cuti dari ma'had karena sakit yang aku derita mengharuskanku beristirahat total, kata dokternya aku harus istirahat untuk memulihkan kesehatan secara umum dan menenangkan pikiran karena pengaruh psikis yang tertekan.

Kurang lebih sekitar 3 bulan ruteku hanya rumah dan rumah sakit (check up), sangat membosankan, terutama saat pagi hari dimana aku melihat teman-teman dan anak-anak lainya berangkat sekolah dengan seragam lengkap. Aku hanya bisa mengintip mereka dari balik jendela, aku merasa minder dan….rasanya ingin nangis.

Sempat terbesit ingin melanjutkan sekolah umum saja tapi ibunda bilang, bapak pernah berwasiat nanti kalau aku lulus SD akan di masukkan di pesantrennya pak sutardjo (MII), wasiat itu bahkan sebelum MII dibangun (baru sekedar rencana). Akhirnya aku mengalah saja, sudahlah aku tak mau lagi menyalahi wasiat orang tua, insyaallah ini yang terbaik buatku.

Aku setuju akan melanjutkan ke pesantren lagi, kali ini aku menyebrang dari timur ke barat (bukan eropa), meskipun aku harus rela tahunku di potong karena aku mengulang dari kelas satu lagi, tapi dari sinilah kisah-kisah yang tak terlupakan itu di mulai.

Bersambung….!!


0 comments:



Post a Comment